Rabu, 12 Mei 2010

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Berikut ini kami kirimkan artikel yang berjudul HASAN AL BANNA DAN
PALESTINA, semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.


HASAN AL BANNA DAN PALESTINA                                      
oleh: H.Ferry Nur S Si, SEKJEN KISPA
email: ferryn2006@yahoo.com
website: www.kispa.org


Hasan Al Banna, nama panjangnya Hasan Ahmad Abdurrahman Muhammad Al Banna merupakan sosok hamba Allah yang cerdas, unik, semangat dalam berdakwah, memiliki kepedulian terhadap permasalahan kaum muslimin, mencintai orang-orang yang beriman, benci terhadap segala bentuk penjajahan di muka bumi ini. Hasan Al Banna dilahirkan pada bulan Sya’ban 1324 H / September 1906 M di desa Al Mahmudia di wilayah Al Bahirah, Mesir. Beliau wafat pada usia yang relatif muda, 43 tahun,  karena dibunuh oleh orang yang membenci dakwah dan perjuangannya di salah satu jalan raya Kairo, 14 Rabi’uts Tsani 1367 H / 12 Februari 1949 M.

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah,  mati,  bahkan  mereka itu hidup , tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS: Al Baqarah / 2 : 154).
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup  disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (QS: Ali Imran / 3 :169).




Ayah beliau mempunyai pengetahuan luas dalam ilmu hadits, senantiasa mengaji dan mengkaji tentang sunnah Rasulullah saw. Bahkan ada beberapa kitab yang beliau tulis berkaitan tentang hadits, dintaranya:  Al Fath Ar Rabbani fi Tartib Musnad Al Imam Ibn Hambal Asy Syaibani, Al Qaul Al Hasan fi Syarh Bada’i Al Minan, Bada’i Al Minan fi Jam’i wa Tartib Musnad Asy Syafi’i wa As Sunan.

Pada tahun 1920 M, Hasan Al Banna melanjutkan pendidikan formalnya ke Madrasatul Mu’alimin Al Awwaliyah di Damanhur, dan disana beliau menyelesaikan hafalan Al Qur’an 30 juz dalam usia belum genap 14 tahun. Sebagai bekalnya dalam berdakwah, Hasan Al Banna selain hafal Al Qur’an 30 juz dan hadits Rasulullah saw,  beliau juga memiliki hafalan matan dalam berbagai ilmu dan tsaqafah. Diantara matan-matan yang beliau hafal adalah: Milhah Al I’rab karya Hariri, Al Alfiyah karya Ibnu Malik, Al Yaqutiyah dalam ilmu musthala hadits, Al Jauharah dalam ilmu tauhid, Ar Rabbiyah dalam ilmu waris, sebagian kitab As Sullam dalam ilmu mantik, sebagian besar matan Al Qaduri (buku fikih Mazhab Imam Abu Hanifah), matan Al Ghayah wa At Taqrib (buku fikih mazhab Imam Syafi’i) karya Abu Syuja’ dan sebagian nazham–an Ibnu ‘Asyir (mazhab Imam Malik). Beliau juga hafal sebagian besar mukadimah matan Asy Syathibiyah dalam ilmu qira’ah.
Pada usianya yang belum menginjak 22 tahun, Hasan Al Banna telah memimpin Jama’ah Al Ikhwan  Al Muslimin. Beliau bukan saja memimpin para pemuda tetapi juga tokoh umat yang peduli terhadap perjuangan kaum muslimin, diantaranya Syaikh Muhibbudin  Al Khatib (seorang tokoh salafi, tokoh pada jama’ah Ansharus Sunnah, dan ahlul hadits), Syaikh Amin Al Husaini (Mufti Palestina), Syaikh Thanthawi Jauhari (Pemimpin Redaksi surat kabar Al Ikhwan  Al Muslimin), Syaikh DR. Mustafa As Siba’i dari Syiria (ahli hukum, pejuang Palestina dan intelektual yang disegani), Syaikh Muhammad Al Farghali (patriot besar yang hanya mau meninggalkan Iskandaria bila Al Banna yang menyuruhnya, bukan  Inggris dengan segala kekuatan tentaranya).

Jama’ah Al Ikhwan Al Muslimin yang didirikan Hasan Al Banna pada bulan Dzul Qa’dah 1347 H bertepatan dengan bulan Maret 1928 M dilatar belakangi karena sedihnya beliau atas runtuhnya khilafah Turki Usmani pada tahun 1924 M, dan kecintaanya kepada kaum muslimin  serta kepeduliannya terhadap Al Aqsha dan Palestina. Al Marhum Syaikh Mustafa Masyhur (mursyid Ikhwan ke-5) pernah menceritakan kepada DR. Mahmud Jami’, pengarang buku Ikhwanul Muslimin yang Saya Kenal, sebagai berikut: Yahudi meminta kepada Khalifah kaum muslimin, Sultan Abdul Hamid, agar menyerahkan Palestina kepada mereka dan mereka akan memberinya uang. Tetapi dia menolak dan menjawab bahwa Palestina bukan milikku sehingga saya bisa memberikannya kepada kalian, tetapi Palestina adalah milik semua kaum Muslimin. Maka, orang-orang Yahudi itu mengadu kepada Musthafa Kemal Atarturk dan mereka menjatuhkan Khilafah Islamiyah. Hal itu terjadi pada tahun 1924 dan pada saat itu, Hasan Al-Banna masih duduk di semester pertama Universitas Darul Ulum. Tetapi pada saat itu, dia telah yakin bahwa kaum muslimin tidak mungkin bisa bertahan tanpa negara atau khilafah dan dia merasakan bahwa ini adalah kewajiban agama bagi setiap muslim dan muslimah. Artinya bahwa pengurangan apapun dalam merealisasikan kewajiban ini, pelakunya akan mendapatkan hukuman. Namun, tidak mungkin dia bisa melaksanakan itu sendiri, karena itu, mereka harus membentuk jama’ah yang menyusun dan merencanakan program kerja. Itulah kemudian yang menjadi sebab munculnya pemikiran tentang pembentukan Jama’ah Ikhwanul Muslimin.

Dalam upaya mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk melawan penjajah maka pada Sabtu, 25 Shafar 1355 H telah di bentuk Komite Pusat untuk Solidaritas Palestina yang diketuai oleh Hasan Al Banna. Diantara programnya adalah menyebarkan proposal pembentukan komite di berbagai surat kabar, menyebarkan seruan komite kepada bangsa Mesir dan bangsa-bangsa muslim secara umum. Hasan Al Banna tidak hanya menyebarkan seruan dan pernyataan sikap untuk mendukung Palestina, tetapi juga melakukan demonstrasi sebagai bentuk dukungan moral sebagaimana yang beliau lakukan bersama tokoh umat seperti Riyadh Shalih, Amir Faishal bin Abdul Aziz, Syaikh Mahmud Abu al Uyun, Jamil Mardam Bik, Shalih Harb Pasya di lapangan Al Aubra, 15 Nopember 1947. Bahkan beliau sebagai mursyid Al Ikhwan Al Muslimin mengirimkan 10.000 orang pasukan ikhwan ke Palestina untuk berjihad melawan imperialis dan zionis Yahudi yang telah mengotori Masjid Al Aqsha dan merampas tanah Palestina.

Melihat semangat dan kepedulian Hasan Al Banna terhadap Palestina, maka Mufti Palestina, Syaikh Muhammad Amin Al Husaini mengatakan, Asy Syahid Hasan Al Banna dan para pengikutnya telah memberikan sumbangan besar terhadap Palestina. Mempertahankannya dengan berjuang keras dan cita-cita yang mulia. Semuanya merupakan karya nyata dan kebanggaan yang ditulis dalam sejarah jihad Islam dengan huruf yang terbuat dari cahaya.

Dukungan Hasan Al Banna pada perjuangan Palestina, membuat Inggris, Zionis dan antek-anteknya tidak senang, bahkan mereka menuduh beliau telah membawa ajaran sesat hingga teroris. Tujuannya adalah agar umat Islam membenci Hasan Al Banna dan jama’ahnya.

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi. (QS: Al Mu’min / 40: 51).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar